![]() |
| Kepala BNN RI, Komjen Suyudi Ario Seto. (Dok/Istimewa) |
SERANG | Analis kebijakan publik dan politik nasional, Nasky Putra Tandjung, menilai tudingan negatif, penggiringan opini liar, serta framing sesat di berbagai platform media sosial yang menyudutkan dan menyerang pribadi Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI, Komjen Pol Suyudi Ario Seto, terkait isu dugaan perselingkuhan sebagai fitnah keji dan tidak berdasar.
Menurut Nasky, narasi tersebut tidak objektif, tidak konstruktif, sarat tendensi politik, serta berpotensi memecah belah persatuan nasional.
“Narasi tersebut menyesatkan akal sehat publik dan tidak sesuai dengan fakta maupun data. Masyarakat jangan mudah percaya terhadap penggiringan opini liar dan informasi yang tidak diverifikasi kebenarannya,” kata Nasky dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat (19/12/2025).
Alumnus Indef School of Political Economy Jakarta itu menegaskan, tudingan yang diarahkan kepada mantan Kapolda Banten tersebut tidak memiliki dasar fakta maupun data autentik karena hanya berangkat dari asumsi semata. Ia menilai hal itu sebagai bentuk pembunuhan karakter.
Isu yang dimaksud beredar luas di media sosial, yang mengaitkan Kepala BNN RI dengan kedekatan bersama salah satu aktris berinisial SA.
Menurut Nasky, klaim tersebut tidak masuk akal baik secara logika maupun fakta. Ia menyebut narasi itu menjurus pada fitnah keji dan provokasi sesat.
“Karena itu, saya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk fokus mendukung kinerja dan dedikasi BNN di bawah pimpinan Komjen Pol Suyudi Ario Seto dalam memberantas peredaran serta penyalahgunaan narkoba sampai ke akar-akarnya, atau War on Drugs for Humanity, demi menyelamatkan masa depan bangsa dan melindungi generasi muda,” ujarnya.
Di sisi lain, Nasky menilai rumor yang ditujukan kepada Kepala BNN RI sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak yang merasa resah dengan komitmen dan sepak terjang Komjen Pol Suyudi dalam memberantas dan menghanguskan jaringan bandar narkoba.
“Kejahatan yang selama ini berada di zona aman dan nyaman, di era kepemimpinan Kepala BNN RI Komjen Suyudi, ditumpas tanpa pandang bulu. Inilah yang membuat para pelaku kejahatan gerah dan resah, sehingga diduga isu murahan ini dihembuskan ke publik,” tegasnya.
Ia menambahkan, jika dicermati, rumor tersebut muncul tidak lama setelah Kepala BNN RI merilis sejumlah penangkapan bandar narkoba jaringan internasional maupun dalam negeri dalam kurun waktu yang relatif singkat.
Ajak Publik Lebih Bijak dan Rasional
Lebih lanjut, Nasky menegaskan bahwa setiap tuduhan dalam negara hukum harus dibuktikan secara sah, bukan dimanipulasi melalui framing di media sosial.
Ia menyebut taktik semacam itu bukan hal baru. Dalam praktik global, dikenal istilah decapitation strategy, yakni serangan terhadap tokoh-tokoh kunci yang menjadi fondasi kekuatan kebijakan strategis.
“Jika kita menggunakan pendekatan public choice theory, serangan seperti ini bukan peristiwa netral. Ada aktor-aktor yang sedang berupaya menggeser peta kekuasaan dengan menyerang figur kunci dalam sistem,” jelasnya.
Dalam studi administrasi publik, lanjut Nasky, kohesi politik dan stabilitas di arena legislatif merupakan prasyarat utama keberhasilan implementasi kebijakan. Tanpa itu, pemerintah akan tersita oleh manuver politik yang melelahkan dan menjauhkan fokus dari pelayanan publik.
Menurutnya, serangan terhadap Kepala BNN RI harus dibaca sebagai upaya pelemahan terhadap struktur pendukung pemerintahan. Secara tidak langsung, hal ini menjadi strategi sistematis untuk menggoyang legitimasi program kerja pemerintah melalui jalur nonformal.
Nasky juga menyinggung konsep policy sabotage, yakni strategi aktor eksternal yang tidak mampu menyerang pusat kekuasaan secara langsung, sehingga memilih menargetkan kredibilitas figur-figur kunci di sekitarnya.
“Sebagai bagian dari civil society, kita harus lebih cermat melihat fenomena seperti ini. Literasi publik perlu ditingkatkan agar masyarakat tidak mudah termakan opini tanpa dasar empiris,” ujarnya.
Rekam Dedikasi Komjen Suyudi Ario Seto
Nama Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Suyudi Ario Seto, Kepala BNN Republik Indonesia, kini menjadi perhatian luas publik.
Sorotan tersebut muncul setelah BNN berhasil membongkar kasus penyelundupan narkotika jenis sabu jaringan internasional dengan total barang bukti mencapai dua ton, dengan nilai ekonomi diperkirakan sekitar Rp5 triliun.
Pengungkapan kasus itu dinilai sebagai capaian besar dalam upaya pemberantasan narkoba, sekaligus menegaskan keseriusan BNN di bawah kepemimpinan Komjen Suyudi dalam memerangi peredaran narkotika yang kian mengkhawatirkan dan mengancam generasi muda.
Komjen Suyudi merupakan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) angkatan 1994 dan memiliki pengalaman panjang di berbagai penugasan strategis di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Berasal dari keluarga dengan latar belakang tokoh agama, Komjen Suyudi dikenal memiliki kedekatan dengan kalangan ulama, santri, serta komunitas pesantren. Nilai religius tersebut tercermin dalam gaya kepemimpinannya yang humanis dan komunikatif.
Sebelum menjabat sebagai Kepala BNN RI, Komjen Suyudi mengemban amanah sebagai Kapolda Banten. Selama memimpin di wilayah tersebut, ia menggulirkan sejumlah program inovatif yang dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat.
Pada awal masa jabatannya, ia memperkenalkan kebijakan strategis bertajuk Commander Wish sebagai arah dan pedoman pelaksanaan tugas kepolisian.
Selain itu, ia juga menginisiasi program Jumat Keliling (Jumling) dan Subuh Keliling (Suling) yang bertujuan mempererat hubungan Polri dengan masyarakat, sekaligus menjadi sarana penyampaian pesan kamtibmas dan penyerapan aspirasi warga secara langsung.
Tidak hanya fokus pada aspek keamanan, Komjen Suyudi juga merespons persoalan sosial melalui program Poliran (Polisi Peduli Pengangguran). Melalui konsep 3M, yakni Merekrut, Melatih, dan Menyalurkan, Polda Banten berupaya menjembatani pencari kerja dengan dunia usaha dan industri.
Publik menilai Komjen Suyudi sebagai figur pemimpin yang dekat dengan masyarakat dan memiliki kepekaan tinggi terhadap persoalan warga.
“Beliau sosok pemimpin yang merakyat, cepat merespons keluhan masyarakat, dan selalu mengedepankan pendekatan humanis. Dengan rekam jejak tersebut, saya menilai beliau layak dipercaya mengemban jabatan strategis di tingkat nasional,” ujarnya.
Menurutnya, Komjen Suyudi merupakan figur yang mampu memadukan peran sebagai umaro dengan nilai-nilai keagamaan.
“Beliau dekat dengan ulama dan santri, serta mampu menjalankan kepemimpinan yang tegas namun tetap bijaksana. Sosok seperti ini sangat dibutuhkan bangsa,” katanya.
Kini, dengan amanah sebagai Kepala BNN RI, Komjen Pol Suyudi Ario Seto diharapkan terus melanjutkan kiprahnya dalam memberantas peredaran narkoba serta menjaga masa depan generasi muda Indonesia dari ancaman zat terlarang.
Seruan Jaga Persatuan
Di akhir pernyataannya, Nasky mengajak seluruh pihak menjaga soliditas dan persatuan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, sekaligus memastikan tokoh-tokoh penting pemerintahan memperoleh dukungan publik.
Ia menyebut tudingan hoaks terhadap Kepala BNN RI disebarkan oleh pihak-pihak yang ingin menjatuhkan citra positif Komjen Suyudi, yang kini dipercaya Presiden Prabowo untuk memberantas peredaran dan penyalahgunaan narkoba di Indonesia.
“Mari kita jaga fondasi pemerintahan yang tengah bekerja keras membangun negeri. Pemerintah membutuhkan tim yang solid, mitra politik yang loyal, dan tokoh-tokoh kuat sebagai penjaga perubahan,” ujarnya.
“Jangan biarkan satu demi satu tokoh bangsa dihancurkan hanya karena kita lalai membaca taktik lawan. Demokrasi sejati hanya bisa berdiri di atas kebenaran, bukan fitnah yang dibungkus opini,” pungkasnya.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar